Postingan

Hari Pertama Evakuasi

 Jam 3 pagi. kami bergerak ke titik kumpul yang sudah ditentukan. masjid assiddiqin, di akaweet 47, seberang kampus. pagi buta. gerbang kampus masih tampak lengang. kami, puluhan orang yang tinggal di asrama markaz kampus IUA bergerak di antara bahagia dan ketegangan. “Rafi. Hadi. Ansor. Bani. Hardian.” Ketua Syabab Markaz (nama perkumpulan kami di asrama kampus) satu persatu mengabsen. jangan sampai ada satupun yang tertinggal. aku sedang khawatir menunggu hardian yang tak kunjung datang, bertambah khawatir karena namaku tak kunjung disebutkan. “Sudah dicatat di PPI.” kata ketua. okelah. aku lanjutkan perjalanan walau ada sesuatu yang terasa mengganjal. bukan hal sederhana kalau namaku tidak ada. karena nama yang tadi disebutkan adalah daftar penumpang bus untuk evakuasi. Keluar gerbang kampus rasanya benar-benar menegangkan. karena di jalanan yang gelap, rombongan kami bisa saja disangka satu regu pasukan lawan. alhamdulillah berhasil menyebrang. memasuki area arkaweet, derap langkah

Yang tidak dipersiapkan

 Hari ini ikut wawancara calon pengurus baru PPI. Jujur ngga ada persiapan khusus untuk wawancaranya. Karena saya pikir ya bakal tanya jawab biasa aja. Ternyata beberapa hal yang ditanya bener-bener menarik dan membutuhkan jawaban yang ngga kalah menarik. Tapi sayangnya, karena memang ngga ada persiapan, jadi cuma jawab apa yang muncul di pikiran. Dan ngga semua jawaban yang keluar memuaskan, bahkan untuk saya sendiri, ehe. Di satu sisi seneng bisa ngerasain lagi atmosfer wawancara, di satu sisi bener-bener jadi pelajaran bahwa sesederhana apapun urusan tetep butuh persiapan. Ala kulli hal semoga jadi langkah yang tepat untuk kontribusi lagi sebagai pengurus PPI.

Mental Juara

Mental pemenang itu tidak akan berubah walau hasil sementara seakan mengatakan bahwa kali ini ia akan kalah. "Tidak. Tidak ada akhir sebelum peluit berbunyi." "Tapi waktu sudah menunjukkan, bahwa kamu harus bersiap menerima kekalahan." "Omong kosong kekalahan. Diam lah, aku akan berjuang walau hampir tak bersisa harapan." Golll Umpan Benzema diselesaikan dengan baik oleh anak muda yang baru masuk di babak kedua. Golll Riuh tepuk tangan bergelora menggetarkan. Bak tidak percaya, tapi inilah kenyataannya. Dalam waktu 2 menit, keadaan berbalik. Waktu sudah memasuki menit terakhir, dan ternyata di momen itulah harapan kembali hadir. Pertandingan usai. Lagi dan lagi, Benzema dkk keluar sebagai pemenang lewat drama yang menegangkan. Dari lawan PSG, sampai malam tadi vs City. Orang yang bermental juara selalu punya harapan, setidaknya selalu berusaha sampai titik darah penghabisan. Mereka tidak rajin mengeluh apalagi beralasan. Sudah cukup kata-kata dituliskan, s

Nilai Kesempatan

Seperti rencana awalnya, blog ini bukan hanya akan berisi tulisan yang bakal dishare secara masif, tapi juga saya jadikan tempat untuk mencatat pemikiran, kejadian atau mungkin juga kenangan yang akan menjadi pelajaran saya dalam mengambil langkah kedepan. Biarlah beberapa tulisan ini terbaca oleh orang-orang tertentu, yang sengaja stalking, ngga sengaja buka tulisan ini. Nilai kesempatan. Dua kata ini menjadi tema dasar saya di tulisan ini. Dua kata yang akan saya ingat dan jadikan bahan evaluasi. Ceritanya bermula dari usaha saya dalam mendeskripsikan diri. Mencari apa yang saya bisa dan suka. Seenggaknya, akhirnya saya temukan 3 hal. Bahwa saya adalah orang yang suka baca, nulis dan public speaking. Dan deskripsi ini saya tulis di bio Instagran saya, @emyusuflah. Dan akhir-akhir ini, saya merasa 'mengkhianati' isi bio itu karena beberapa kali menolak kesempatan untuk public speaking. Sederhana si, cuma jadi MC diacara kecil-kecilan. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, ternyata

Raka dan Lailatul Qadr Buruannya.

Malam itu masjid di pesantren makin ramai, bersamaan dengan datangnya 10 malam terakhir bulan ramadhan. Seluruh santri yang biasanya sudah bergegas tidur sehabis tarawih, kini seperti enggan beranjak dari masjid. Mereka melanjutkan malam dengan membaca AlQur'an, sambil menunggu kantuk datang menyerang. Di shaf belakang, ada ustadz Rama. Salah seorang guru muda di pesantren ini yang suka sekali seni beladiri, membuat film, memanah dan berkuda. Ustadz Rama yang sedang asik membaca Al-Qur'an, menghentikan tilawahnya ketika melihat Raka, salah satu santri halaqohnya di shaf agak depan yang nampak bengong kebingungan. Tanpa lama-lama, ustadz Rama langsung menghampirinya. "Raka" Panggil ustadz Rama pada santrinya itu. "Raka baik-baik aja kan? Dari tadi ustadz liat kamu lebih banyak diem daripada zikir atau baca Qur'an. Apa ada yang lagi kamu pikirin Raka?" Raka sedikit kaget lalu tersadar dari lamunannya. "Eehh ustadz Rama. Ngga ustadz, Raka baik-b

Bisakah Kita Bertahan?

"Na, menurut kamu bisa ngga kita bertahan? Bisa ngga kita tetap menjadi kita walau jarak memisahkan?" Ucap Tiyo pada Arina ketika bertemu di kafe tempat mereka pertama kali mengikat rasa, sehari sebelum keberangkatannya ke Kuala Lumpur. Arina tampak gugup. Hening. Arina belum menjawab, ia justru kembali meminum es kopi kesukaannya untuk yang kesekian kali. "Na" . Seru Tiyo yang menunggu jawaban. "Oh, iya Yo?" Kata Arina masih sedikit gugup. "Gimana menurut kamu Na soal huhungan kita? Kamu yakin kan kita bisa bertahan?" Sepersekian detik berlalu. Arina menatap mata Tiyo untuk menjawab. "Yo, sebenarnya di titik ini aku justru ingin mengakhiri" kini Arina tak berani lagi menatap mata Tiyo. Membayangkan raut wajah Tiyo yang pasti kaget akan membuat ia merasa bersalah. Walau di sisi lain, Arina juga merasa lega. Benar saja. Tiyo terkejut mendengar jawaban singkat Arina. "Na? Apa kamu kira perasaan kita ngga cukup kuat untuk

Khalwa; Pesantren tradisional Sudan yang menakjubkan

Gambar
Di Sudan, kita akan menemukan banyak pesantren tradisonal yang biasa disebut sebagai Kholwa. Menurut laporan BBC News Arabic, setidaknya ada sekitar 30.000 Kholwa yang tersebar di seluruh Sudan. Di kholwa, menghafal Al-Quran adalah salah satu kegiatan pertama yang dijalankan terutama bagi peserta didik yang baru bergabung. Dan umumnya Kholwa di seluruh Sudan gratis alias tanpa ada pungutan biaya untuk seluruh peserta didiknya. Bagi mahasiswa indonesia di sudan, kholwa menjadi salah satu pilihan tersendiri ketika masa libur kuliah tiba. Karena di khlowa, mahasiswa indonesia bisa sejenak merehatkan diri dari riuh kehidupan kampus dan organisasi, sekaligus memperbanyak waktu untuk menghafal, tadabbur juga memurojaah hafalan Al-Quran. Salah satu Kholwa yang biasa didatangi mahasiswa indonesia di sudan adalah Kholwa yang terletak di provinsi Madani, dengan waktu tempuh sekitar 4 jam dari ibukota Sudan yakni Khartoum bila menggunakan bus antarkota. Di sana, mahasiswa indonesia diterima denga